Jumat, 23 Maret 2012

Desa Bungko


DESA BUNGKO
Ketika Prabu Brawijaya V memegang  tahta Kerajaan Majapahit telah dilanda kehancuran yang ditandai dengan Candra Sangkala sirna laut rata ning bumi sekitar tahun 1978 masehi atau 1.400 saka sejak itu para kesatria Majapahit banyak yang berkelana mencari kehidupan baru yang lebih aman yang antara lain Jaka Tarub Banjaran Sari atau nama lain dari Raden Jaka Taruna yang berasal dari Belambangan.
DI suatu daerah yang dianggapnya aman dan jauh dari Majapahit ia melakukan tapa brata yang berhari-hari di bawah pohon bakau. Ketika Jaka Taruna berbuka menikmati nasi tumpeng datanglah seekor bebek ikut menyocor nasi tumpeng yand ada di hadapannya. Tentu saja Jaka Taruna sangat marah yang merasa terganggu, bebek it uterus saja menyocor nasi tumpeng tanpa menghiraukan amarah Jaka Taruna. Oleh karena sangat jengkel, bebek itu ditangkapnya lalu dibantingnya hingga sekarat dan mati. Tak lama kemudian datanglah pemilik bebek yang menyatakan tidak setuju dan meminta bebek kesayangannya dihidupkan kembali. Jaka Taruna menjadi bingung, ia merasa menyesal dan bersalah, namun dirinya tak mungkin dapat memenuhi permintaan untuk menghidupkan bebek yang telah mati. Terjadilah adu mulut antara pemilik bebek dengan Jaka Taruna. Pemilik bebek bersikeras agar bebeknya dihidupkan kembali. Oleh karena merasa kewalahan dan tidak mampu memenuhi tuntutan pemilik bebek akhirnya Jaka Taruna berjanji bahwa siapapun orang yang bisa menghidupkan bebek maka Jaka Taruna akan berguru pada orang tersebut, denga sangat tenang pemilik bebek itu memegang bebek yang telah mati dan dalam sekejap bebek yang telah mati itu hidup kembali. Ternyata pemilik bebek itu adalah seorang waliyullah yang bernama Sunan Gunung Jati yang sedang menyamar. Selanjutnya Jaka Taruna kemudian diajak ke puser bum untuk mendapatkan pelajaran agama islam. Jaka Taruna diangkat menjadi pemimpin pasukan perang dengan sebutan Ki Syekh Benting. Keberanian Ki Syekh Benting diantaranya adalah mengalahkan pasukan Galuh dalam Talaga Gunung Gundul yaitu peperangan antara Cirebon dan Galuh, serta pengusiran portugis daru Sunda Kelapa oleh pasukan Gabungan Demak dan Cirebon oleh kerana Ki Syekh Benting banyak berjasa terhadap puser bumi, ia diberi kekuasaan di sebelah puser bumi yang diberi nama Bungko dari kata Bangka atau Bengkot yang artinya daerah pemukiman yang dianggap tua yang telah lama dihuni orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar